Pemetaan Risiko Bencana Konflik
Di Kota Surakarta
Fenomena menarik
di masyarakat kota Surakarta adalah masyarakat tingkat kecamatan dan kelurahan
tidak menyadari bahwa daerahnya memiliki risiko bencana sosial. Risiko bencana
sosial berupa konflik kekerasan. Sehingga konflik kekerasan diselesaikan secara sporadis,
temporal dan berdasarkan kecendrungan yang ada di masyarakat. Akibatnya adalah
konflik kekerasan terus berulang. Pertanyaan penting untuk dapat mencegah
bencana sosial terjadi kembali adalah “Bagaimana pemetaan risiko bencana sosial dapat menjelaskan ancaman
keberagaman, kerentanan dan kapasitas masyarakat kota Surakarta dalam mencegah
konflik kekerasan yang berpotensi akan terjadi?”
Berangkat dari pertanyaan terebut, menurut penulis
kajian dan analis terhadap risiko bencana sosial yang akan dihadapi masyarakat
kota Surakarta menjadi hal yang penting. Paling tidak dengan mengetahui
daerah-daerah yang memiliki risiko bencana sosial yang tinggi dapat di ketahui,
dipahami dan dijadikan prioritas dalam kegiatan-kegitan transformasi konflik.
Untuk
melakukan kajian dan analisis penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.
Yakni melakukan pemetaan risiko bencana sosial dengan mengkaji ancaman,
kerentanan dan kapasitas yang ada di masyarakat kota Surakarta. Hasil dari
pengumpulan data selanjutnya di analisis dan direfleksikan dengan metode
analisis pengurangan resiko bencana berdasarkan penelitian pustaka.
Berdasarkan kajian
analisis pengurangan resiko bencana bahwa kota Surakarta dapat dipetakan risiko
bencana sosial yang akan dihadapi baik dengan skala risiko tinggi, sedang dan
rendah. Daerah-daerah yang memiliki risiko bencana sosial tinggi berada di
kelurahan Joyosuran, Semangi, Sangkrah, Pasar Kliwon, Gendekan,
Pajang, Tipes, Joyontakan dan Keprabon. Berdasarkan kajian dan
analisi tersebut maka menurut penulis, upaya membangun budaya toleransi aktif,
menghormati harus di kembangkan dengan pendidikan perdamaian, membangun
kelompok-kelompok fungsi yang lintas etnis dan agama dan melatih masyarakat
dalam melakukan mediasi terhadap konflik.