Monday, February 11, 2013

Pemetaan Risiko Bencana Konflik Di Kota Surakarta


Pemetaan Risiko Bencana Konflik Di Kota Surakarta



Fenomena menarik di masyarakat kota Surakarta adalah masyarakat tingkat kecamatan dan kelurahan tidak menyadari bahwa daerahnya memiliki risiko bencana sosial. Risiko bencana sosial berupa konflik kekerasan. Sehingga konflik kekerasan diselesaikan secara sporadis, temporal dan berdasarkan kecendrungan yang ada di masyarakat. Akibatnya adalah konflik kekerasan terus berulang. Pertanyaan penting untuk dapat mencegah bencana sosial terjadi kembali adalah Bagaimana pemetaan risiko bencana sosial dapat menjelaskan ancaman keberagaman, kerentanan dan kapasitas masyarakat kota Surakarta dalam mencegah konflik kekerasan yang berpotensi akan terjadi?”
Berangkat dari pertanyaan terebut, menurut penulis kajian dan analis terhadap risiko bencana sosial yang akan dihadapi masyarakat kota Surakarta menjadi hal yang penting. Paling tidak dengan mengetahui daerah-daerah yang memiliki risiko bencana sosial yang tinggi dapat di ketahui, dipahami dan dijadikan prioritas dalam kegiatan-kegitan transformasi konflik.
 Untuk melakukan kajian dan analisis penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Yakni melakukan pemetaan risiko bencana sosial dengan mengkaji ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada di masyarakat kota Surakarta. Hasil dari pengumpulan data selanjutnya di analisis dan direfleksikan dengan metode analisis pengurangan resiko bencana berdasarkan penelitian pustaka.
Berdasarkan kajian analisis pengurangan resiko bencana bahwa kota Surakarta dapat dipetakan risiko bencana sosial yang akan dihadapi baik dengan skala risiko tinggi, sedang dan rendah. Daerah-daerah yang memiliki risiko bencana sosial tinggi berada di kelurahan Joyosuran, Semangi, Sangkrah, Pasar Kliwon, Gendekan, Pajang, Tipes, Joyontakan dan Keprabon. Berdasarkan kajian dan analisi tersebut maka menurut penulis, upaya membangun budaya toleransi aktif, menghormati harus di kembangkan dengan pendidikan perdamaian, membangun kelompok-kelompok fungsi yang lintas etnis dan agama dan melatih masyarakat dalam melakukan mediasi terhadap konflik.